Para pemimpin dari negara-negara dunia ketiga memanfaatkan forum COP27 di Mesir untuk menuntut negara-negara barat dan perusahaan minyak membayar dampak krisis iklim yang timbul dari aktivitas ekonomi mereka.
Negara kepulauan kecil yang kini dilanda badai yang semakin ganas dan naiknya permukaan laut meminta perusahaan minyak untuk berbagi keuntungan atau kompensasi yang sangat besar. Banyak negara berkembang di Afrika juga menyerukan hal yang sama, menuntut lebih banyak pendanaan internasional.
Perdana Menteri Antigua dan Barbuda, Gaston Browne, mengatakan perusahaan minyak dan gas harus segera membayar kompensasi berupa pajak karbon global sebagai sumber pembiayaan atas kerusakan dan kerugian yang diderita negara miskin.
Sebagai negara kepulauan yang terletak di bagian timur Laut Karibia, Gaston mengatakan beberapa negara yang tergabung dalam Alliance of Small Island Nations saat ini sedang mengalami perubahan iklim.
“Industri minyak dan gas terus menghasilkan keuntungan hampir US$3 miliar setiap hari. Sementara mereka menghasilkan keuntungan, planet ini terbakar,” kata Gaston saat berbicara di podium COP27 atas nama Aliansi Negara Pulau Kecil, dikutip oleh Reuters, Rabu (9/9/2019) 11).
Hal senada disampaikan Presiden Vanuatu Nikenike Vurobaravu. Ia berharap Mahkamah Internasional segera bertindak untuk memastikan hak-hak negara dunia ketiga di generasi mendatang tidak dilanggar karena tertinggal dalam beradaptasi dengan perubahan iklim.
Komentar tersebut mencerminkan ketegangan dalam pembicaraan iklim internasional antara negara kaya dan miskin, saat para delegasi menghadiri hari kedua konferensi PBB selama dua minggu di kota resor pantai Sharm el-Sheikh.
Teriakan kritik dari beberapa negara konferensi lebih cenderung mengarahkan rasa frustrasi mereka pada pemerintah kaya atau negara barat, bukan pada pengebor.
Presiden Senegal, Macky Sall, mengatakan pada konferensi bahwa negara-negara berkembang yang miskin di Afrika membutuhkan peningkatan pendanaan dari negara-negara kaya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim yang memburuk.
Macky juga menolak seruan untuk segera beralih dari bahan bakar fosil yang dibutuhkan negara-negara Afrika untuk memperluas jaringan ekonomi mereka. “Mari kita perjelas, kami mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca. Tetapi kami orang Afrika tidak dapat menerima bahwa kepentingan vital kami diabaikan,” katanya.
Negara-negara barat yang kaya cenderung menjadi pendukung paling lantang pengurangan emisi, tetapi sebenarnya mereka juga merupakan penyumbang gas rumah kaca terbesar sejak revolusi industri di Inggris pada abad terakhir.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan minyak internasional sejak konflik antara Rusia dan Ukraina awal tahun lalu juga membuat marah pemerintah di seluruh dunia karena pasar bergolak dan mengganggu pasokan energi dunia.
Mereka khawatir perubahan iklim akan lepas kendali dan menyebabkan inflasi konsumen yang merajalela. Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyebut pengusaha industri migas meraup untung besar akibat perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan kepada delegasi konferensi dalam pesan video bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah mengalihkan perhatian pemerintah dunia dari memerangi perubahan iklim dan meningkatkan permintaan batu bara. “Tidak ada kebijakan iklim yang efektif tanpa perdamaian,” katanya.
Namun, pencemar terbesar dunia, seperti AS dan India, absen dari COP27. Biden baru akan datang pada Jumat (11/11), meski delegasi dari AS telah membuka paviliun di lokasi COP27 melalui utusan khusus John Kerry.